BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pendidikan di tengah medan kebudayaan
(culture area), berproses merajut dua substansi aras kultural, yaitu di samping
terartikulasi pada upaya pemanusiaan dirinya, juga secara berkesinambungan
mewujud ke dalam pemanusiaan dunia di sekitarnya (man humanizes himself in
humanizing the world around him) (J.W.M. Bakker, SJ; 2000: 22). Kenyataan ini
nampaknya amat begitu diinsafi oleh para designer awal dan founding fathers
bangsa ini, hingga kemudian cita-cita yang megkristal dalam tujuan pendidikan
nasional (Mukaddimah UUD '45) kita, betul-betul terarah ke pengertian seperti
itu.
Dalam prakteknya, pengejawantahan cita-cita
pendidikan nasional, nampaknya tidak harus melulu ditempuh melalui jalur formal
secara berjenjang (hierarchies), yang dilaksanakan mulai dari Pendidikan
Pra-Sekolah (PP. No. 27 Tahun 1990), Pendidikan Sekolah Dasar (PP. No. 28 Tahun
1990), Pendidikan Sekolah Menengah (PP. No. 29 Tahun 1990) dan Pendidikan
Perguruan Tinggi (PP. No. 30 Tahun 1990), akan tetapi juga mengabsahkan
pelaksanaan pendidikan secara non-formal dan in-formal (pendidikan luar
sekolah) (UU Sisdiknas, 2003). Artikulasi pendidikan terakhir ini, basisnya
diperkuat mulai dari pendidikan di lingkungan keluarga, masyarakat dan
lembaga-lembaga pendidikan swasta
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan
Islam yang diperkenalkan di Jawa sekitar 500 tahun yang lalu. Sejak saat itu,
lembaga pesantren tersebut telah mengalami banyak perubahan dan memainkan
berbagai macam peran dalam masyarakat Indonesia.
Pada zaman walisongo, pondok pesantren
memainkan peran penting dalam penyebaran agama Islam di pulau Jawa. Juga pada
zaman penjajahan Belanda, hampir semua peperangan melawan pemerintah kolonial
Belanda bersumber atau paling tidak dapat dukungan sepenuhnya dari pesantren
(Hasbullah 1999:149). Selanjutnya, pondok pesantren berperan dalam era
kebangkitan Islam di Indonesia yang menurut Prof. Azyumardi Azra telah terlihat
dalam dua dekade terakhir ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PERBANDINGAN
MODEL PENDIDIKAN SEKOLAH UMUM DAN PESANTREN
A. Sekolah
Umum
1. Kelebihan
Sekolah Umum
a. Kurikulum
1) Memiliki
kurikulum tetap dan mengikuti perkembangan serta menyesuaikan dengan standar
pendidikan Nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah.
2) Memiliki
buku ajar yang permanent untuk proses belajar mengajar yang efektif.
3) Satuan
Pelajaran yang sudah ditetapka menjadi acuan dalam proses belajar mengajar
b. Metode
Pengajaran
1) Banyak
metode yang dikembangkan dalam proses belajar mengajar diantaranya ceramah,
bermain, Tanya jawab dan lain-lain yang disesuaikan dengan bidang studinya.
2) Ada
sebagian sekolah mengadakan kegiatan belajar mengajar tidak di dalam kelas
namun juga di luar ruang kelas.
c. Organisasi
1) Terdiri
dari Kepala Sekolah, Pembantu Kepala Sekolah yang berjumlah 4 (Wakil Kepala
Sekolah), Wali Kelas, Dewan Guru, Tenaga Kependidikan, Organisasi Siswa, Siswa.
2) Struktur
organisasi yang solid.
d. Lingkungan
Belajar
1) Proses
Belajar Mengajar berlangsung selama 7 Jam min atau max 9 jam dalam sehari.
2) Dilakukan
di dalam kelas dan di luar kelas, termasuk ruang praktikum.
e. Komponen
Warga Belajar
1) Guru
yang tetap
2) Peserta
Didik
3) Sekolah
berjenjang
4) Wali
Murid
2. Kekurangan
Sekolah Umum
a. Kurikulum
1) Harus
selalu mengikuti perkembangan yang disampaikan oleh pemerintah.
2) Kebanyakan
tenaga pendidik merasa kewalahan terhadap perubahan kurikulum yang dilakukan
pemerintah
b. Metode
Pengajaran
1) Bangunan
Sumber Daya Manusia dalam mengajar kurang maksimal.
2) Kebanyakan
tenaga pendidik enggan melakukan berbagai pendekatan dalam proses belajar
mengajar dalam mencoba berbagai metode pengajaran
c. Organisasi
1) Organisasi
siswa masih belum mandiri dalam melakukan aktifitas.
2) Efektifitas
keorganisasian kadang terhalang oleh persepsi yang berbeda dengan visi dan misi
berbeda
d. Lingkungan
Belajar
1) Membutuhkan
sarana prasarana yang lengkap
2) Membutuhkan
biaya pendidikan yang mahal
e. Komponen
Warga Belajar
1) Wali
siswa kebanyakan kurang andil bagian dalam proses belajar mengajar
2) Tenaga
pendidik kurang dalam menambah pengetahuan sehingga peserta didik merasa bosan
dengan apa yang disampaikan.
B. Pesantren
1. Kelebihan
Pesantren
a. Kurikulum
1) Pesantren
mampu membuat dan menentukan kurikulum sendiri tanpa mengikuti standar
pendidikan yang ditentukan oleh pemerintah.
2) Pesantren
mampu memberikan nilai lebih dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan
keilmuan yang dibutuhkan pesert didik
b. Metode
Pengajaran
1) Mampu
mengembangkan metode-metode baru dalam menanamkan konsep maupun mempraktekkan
langsung dalam kehidupan sehari-hari.
2) Peserta
didik dapat belajar langsung dari pengalaman yang timbul sehari-hari dan
menanyakan (studi) kasus dengan dewan guru terkait.
3) Proses
belajar mengajar dilakukan 24 jam sehari semalam, sehingga kekurangan yang
terjadi akan tertanggulangi secara langsung
c. Organisasi
1) Kyai
sebagai sentral keputusan dapat membangun kesolidan sebuah organisasi
2) Organisasi
Santri lebih mandiri dan mudah dikembangkan, bahkan sedikit bimbingan dari
dewan guru.
d. Lingkungan
Belajar
1) Dukungan
lingkungan terhadap proses belajar mengajar langsung diperoleh peserta didik
dari pendidik
2) Bimbingan
dan asuhan pendidik langsung pada peserta didik karena dilakukan di dalam
asrama.
e. Komponen
Warga Belajar
1) Asrama,
Kyai, Tempat Belajar, Ruang Praktikum, Santri, Guru, wali santri.
2) Semua
komponen mampu mengaplikasikan dan menjadikan hidup adalah belajar dan ibadah
2. Kekurangan
Pesantren
a. Kurikulum
1) Kurikulum
selalu berubah tanpa ada pemberitahuan, dan sekehendak kyai
2) Tidak
adanya standar tetap keberhasilan seorang santri dikatakan telah lulus atau
tamat menempuh pendidikan pesantren
b. Metode
Pengajaran
1) Aktifitas
santri untuk bertanya kurang
2) Santri
terlalu difokuskan pada hafalan dan konsep-konsep pada setiap mata pelajaran
c. Organisasi
1) Kebebasan
santri menentukan kegiatan menjadikan santri berlaku kebablasan dalam
menentukan sikap dan tindakan
d. Lingkungan
Belajar
1) Kebersihan
lingkungan terkadang diabaikan
e. Komponen
Warga Belajar
1) Dikarenakan
setiap santri diwajibkan belajar mandiri dapat mengakibatkan seorang santri
malas dan bahkan terjerumus kedalam keburukan, karena kurangnya bimbingan dari
para guru atau ustadz.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Kekurangan dan Kelebihan
setiap lembaga bila dipadukan akan menjadi lembaga pendidikan yang saling
mendukung. Rangkuman keterpaduan dua jenis pendidikan penulis sebutkan secara
ringkas sebagai berikut:
1. Figur
perubahan yang merubah dengan arif dan bijak bukan demokrasi liberal.
2. Inovasi
dengan segala bentuk dan lapisan yang menjadi warga belajar dan lingkungan
belajar.
3. Saling
mendukung dan bekerjasama serta samakerja dalam memajukan dan mengembangan
kurikulum pendidikan
Demikianlah sekilas gambaran
tentang perbandingan pendidikan di sekolah Umum dan sekolah Pesantren. Tentunya
disana-sini terdapat kekurangan dan masih perlu penyempurnaan. Untuk itu kepada
pembaca penulis ucapkan terima kasih dan semoga bermanfaat.
DAFTAR
PUSTAKA
Nata, Abuddin. (editor) 2001.
Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembanga Pendidikan Islam di
Indonesia. Jakarta: PT. Grasindo
0 komentar:
Posting Komentar